Pesan Terahir Abah Asep Sunandar Sunarya Skip to main content

Pesan Terahir Abah Asep Sunandar Sunarya


Dalang kondang Asep Sunandar Sunarya wafat di usia ke-59. Dia meninggal saat hendak dibawa ke Rumah Sakit Al Ihsan di Baleendah Kabupaten Bandung kemarin. Sebagai dalang dia sangat konsisten di bidangnya. Tak ayal pesan almarhum kepada generasi penerusnya untuk tidak melupakan dunia dalang."Kami akan berusaha berjuang meneruskan cita-cita beliau, memang beberapa di antaranya sudah ada yang terwujud. Pesannya memang seni pedalangan jangan sampai musnah," customized organization putra kedua Asep, Dadan Sunandar Sunarya di rumah duka, Kampung Seni Giri Harja, Kelurahan Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Selasa (1/4).

Semasa hidup Abah Asep bukan saja digandrungi di Jabar atau nasional, tapi mancanegara pada masa kejayaannya. Berbekal tokoh punakawan berkulit merah, berkumis mirip tipis yakni si Cepot, Asep sudah melanglang buana mementaskan wayang golek. Abah Asep membawa wayang golek ke benua Eropa.

Asep juga mendirikan Yayasan Pedalangan Giri Harja tak lain untuk mempertahankan pedalangan di tatar Pasundan. Hasilnya Giri Harja sendiri telah mendapat penghargaan dari berbagai pihak. Penghargaan yang withering tinggi diberikan oleh Presiden Soeharto yaitu Tanda Kehormatan Satyalencana Kebudayaan.


"Di sinilah ke depannya tempat ini mampu mencetak regenerasi seperti almarhumah. Almarhum berpesan wayang harus memiliki tempat di dunia," jelasnya.

Di padepokan tersebut menurut, dia sudah terlahir dalang-dalang termasuk anaknya yang beberapa di antaranya mengikuti jejak Abah Asep. "Banyak anak-anak latihan gamelan, bahkan 5 dalang cilik sudah jadi ada di sini," jelasnya.

Sadar keemasan wayang semakin tergerus zaman, Abah berpesan bahwa untuk menghidupkan pedalangan inovasi dan kreativitas terus ditampilkan. "Tentunya tidak lupa tetap pada etika, logika dan estetika," ungkapnya.

Kini sang maestro telah menghadap Sang Pencipta. Asep dimakamkan di pemakaman keluarga. Almarhum meninggalkan seorang istri, 14 anak dan 11 cucu

Comments

Popular posts from this blog

Wayang Golek Dorna Gugur

Banyak skali cerita dalam kisah perang bretayuda namu kisah yg paling akhir dan menggegerkan dalam dunia pewayangan adalah  perang   pntara  kurawa dan pandawa perang terbesar karena melibatkan seluruh bala tentara kerajaan  Perang antara dua saudara yaitu antara kurawa dan pandawa perang ini yang menyebabkan banyak korban dari kedua belah pihak pandawa dan Kurawa Perang terjadi di Kuru setra, sedang kan awal yg menjadi cikal bakal perang ini di mulai dari Judi    Dadu yang   taruhanya adalah sebuah kerajaan, yang waktu itu Kerajaan amarta  kalah dan harus jatuh ketangan kurawa... Dan  pada waktu itu pandawa dan pada harus rela  mengungsi ke hutan selama 12 tahun menjalankan hukuman nya dan Satu tahun harus menyamar di sebuah negara yang bernama wirata... Singkat cerita pandawa tuntas menjalan kan hukuman nya dan tiba waktunya me nagih janji terhadap kurawa, namun kurawa tidak menepati janjinya malah kurawa lebih baik perang dari pada harus memberikan wil

Wayang Golek Bima Murka

Diceritakan di dusun Tumaritis, dusun yang masuk   wilayah   Madukara, masih dalam distrik negara Amarta Semar Badranaya sedang menyerahkan nasihat untuk kedua anaknya, Cepot dan Dawala. Tidak lama lantas muncul regu tamu dari Astina yang dipimpin Resi Drona, muncul pula Aswatama, Jaya Wikata, dan sebagian semua Kurawa. Para Kurawa bermaksud meminta tolong kepada  Semar untuk dapat  memberikan cara supaya hulu air pancuran Talaga Arum dapat kembali menerbitkan air kembali, yang pada saat tersebut sedang dalam keadaan kering yang mengalirkan ke  sungai  yamuna yang bermuara ke ulu sungai ganga Semar tidak dapat  menjawab permintaan semua Kurawa, sebab memang tidak tahu jawabannya Para  Kurawa marah  lantas terjadilah perkelahian antara  semua Kurawa dengan Cepot dan Dawala. Cepot dan Dawala dilempar jauh. Tidak jauh  dari  situ  muncullah sesosok satria tampan, yang bernama Bambang Ludira Suta dari  Pesantren  Kenali  Sabda hendak berangkant ke lokasi tinggal S

Sanghiang Dewa Nurcahya

Di Madyapada Ada Satu Kerajaan Yang Bernama Awu Awu Langit, Di Pimpin Oleh Raja Yang Bernama Raja Sanghiang Jagat Netra Seluruh Rakyat Dan Jajaran Para Mentri Terdiri Dari Bangsa Golongan Denawa  Dan Buta Yang Termasuk Katagori Bangsa "JIN" Dan Bangsa "SILUMAN"Prabu Jagat Nata Terkenal Dengan Tubuhnya Yang Tinggi Besar Kekar Dan Sangar Dia Terkenal Alan Ilmu Kesaktian Nya Berwatak Sangat Kejam Dan Keji Bernafsu Serakah Dan Kanibalisme Sehinga Banyak Kerajaan Di Marcapada Tunduk Terhadap Perintah Nya, Banyak Kerajaan Berhasil Di Jajah Olehnya, Tampa Mengeluarkan Pertumpahan Darah Dan Kekerasan Baru Mendengar Namanya Juga Sang Raja Lansung Tunduk Di Bawah Perintah Dirinya Demi Menyelamatkan Rakyay Dan Golongan Nya Banyak Negara Jajahan Di Antaranya Negara Astina, Cempalareja, Madura Dan Wirata, Berkat Persembahan Upeti Dari Negara Jajahan Sanghiang Jagat Netra Menjadi Raja Yang Bayak Kekayaan Di Seantero Jagat Netra Meskipun Demikian Negara Awu Awu Langit